SEKTOR PERTANIAN
1. Sektor pertanian di Indonesia
Sektor pertanian merupakan sektor yang
mendapatkan perhatian cukup besar dari
pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan
ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa.
Peranan sektor pertanian yaitu :
-
sebagai
sumber penghasil bahan kebutuhan pokok,
-
sandang
dan papan,
-
menyediakan
lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk,
-
memberikan
sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi,
-
memberikan
devisa bagi negara dan
-
mempunyai
efek pengganda ekonomi yang tinggi dengan
rendahnya ketergantungan terhadap impor (multiplier effect), yaitu keterkaitan
input-output antar industri, konsumsi dan investasi.
Di indonesia ada 5 subsektor pertanian, yaitu
-
Sub sektor tanaman pangan,
sering juga disebut subsektor pertanian rakyat. Karena tanaman pangan
biasanya diusahakan oleh rakyat. Subsektor ini mencangkup komoditas bahan
makanan seperti padi, jagung, kitela pohon, kacang tanah, kedelai serta sayuran
dan buah-buahan.
-
Sub sektor perkebunan,
Dibedakan atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Hasil-hasil tanaman
perkebunan rakyat terdiri dari karet, teh, kopi, tembakau cengkeh, kapuk,
kapas, coklat dan rempah-rempah lainnya. Dan adapun perkebunan besar ialah
perusahaan perkebunan berbadan hukum, tanaman perkebunan besar ialah perusahaan
karet, kelapa sawit, tebu dll.
-
Sub sektor kehutanan,
Terdiri atas tiga macam kegiatan yaitu penebangan kayu, pengambilan hasil
hutan lain dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu
glondongan, kayu bakar, arang dan bambu dan berbagai hasil hutan lainnya.
Sedangkan kegiatan perburuan menghasilkan binatang-binatang liar seperti rusa,
penyu, ular dan madu.
-
Sub sektor peternakan,
Mencangkup kegiatan beternak itu sendiri dan pengusaha hasil-hasilnya.
Subsektor ini meliputi produksi ternak-ternak besar dan kecil seperti telur,
susu segar, wool dan hasil pemotongan hewan.
-
Sub sektor perikanan,
Meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut seperti perairan umum, kolam,
tambak, sawah dan keramba. Serta pengolahan sederhana atas produk-produk
perikanan ( pengeringan dan pengasingan). Dari segi teknis subsektor ini
dibedakan menjadi tiga macam sektor yaitu perikanan laut, perikanan darat dan
penggaraman.
2. Nilai tukar petani
Nilai Tukar Petani adalah angka perbandingan antara indeks harga yang
diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam
persentase.
a)
Arti Angka NTP
Secara
umum ada tiga macam pengertian NTP yaitu:
1)
NTP
> 100, berarti petani mengalami surplus. Harga komoditas pertanian naik
lebih besar dari kenaikan harga barang/jasa konsumsi dan biaya produksi.
2)
NTP
= 100, berarti petani mengalami impas/break even. Kenaikan/penurunan harga
komoditas pertanian sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang/jasa
konsumsi dan biaya produksi.
3)
NTP
< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga komoditas pertanian
relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang/jasa konsumsi dan
biaya produksi.
b) Kegunaan NTP antara lain adalah:
1)
Indeks
harga yang diterima petani (It) dapat menggambarkan fluktuasi harga komoditas
pertanian yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data
penunjang dalam penghitungan Pendapatan Domestik Bruto (PDB)/Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian.
2)
Pada
kelompok indeks harga yang dibayar petani, indeks konsumsi rumah tangga
menunjukan fluktuasi harga barang/jasa yang dikonsumsi oleh petani yang
merupakan bagian terbesar dari masyarakat di perdesaan dan dapat juga digunakan
sebagai proxy inflasi perdesaan. Di sisi lain, indeks biaya produksi dan
penambahan barang modal menunjukan fluktuasi harga barang/jasa yang digunakan
untuk memproduksi komoditas pertanian.
3)
Nilai
Tukar Petani mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang
dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani untuk konsumsi rumah tangga
dan biaya produksi. Hal ini terlihat bila dibandingkan dengan kemampuan
tukarnya pada tahun dasar.
c) Harga yang diterima petani adalah rata-rata harga produsen dari hasil produksi petani sebelum
ditambahkan biaya transportasi/pengangkutan dan biaya pengepakan ke dalam harga
penjualannya atau disebut Farm Gate (harga di sawah/ladang setelah pemetikan).
Pengertian rata-rata harga adalah harga yang bila dikalikan dengan volume
penjualan petani akanmencerminkan total uang yang diterima petani tersebut.
Data harga tersebut dikumpulkan dari hasil wawancara langsung dengan petani
produsen.
d) Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks harga yang menunjukkan
perkembangan harga produsen atas hasil produksi petani.Sebagai data pokok untuk
penghitungan diagram timbang ini diperlukan tiga macam data yaitu kuantitas
produksi, harga produsen, dan persentase nilai komoditas pertanian yang dijual
terhadap total nilai produksi (marketed surplus).
1)
Kuantitas
Produksi Tiap Jenis Produk Pertanian
2)
Harga
Produsen
3)
Presentase
Marketed Surplus (MS)
e)
Harga yang dibayar petani adalah rata-rata harga eceran barang/jasa
yang dikonsumsi atau dibeli petani, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya sendiri maupun untuk keperluan biaya produksi pertanian.Data harga
barang/jasa untuk keperluan produksi pertanian dan untuk keperluan konsumsi
rumah tangga dicatat dari hasil wawancara langsung dengan pedagang atau penjual
jasa di pasar terpilih.Data upah buruh tani dikumpulkan dari hasil wawancara
langsung dengan petani/buruh tani.
f) Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Indeks harga yang dibayar petani
adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga
petani, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk proses produksi
pertanian.
1)
Konsumsi
Rumah Tangga, terdiri dari:
-
Bahan
makanan
-
Makanan
Jadi
-
Perumahan,
Sandang
-
Kesehatan,
Pendidikan
-
Rekreasi
dan Olah Raga
-
Transportasi
dan Komunikasi
2)
Biaya
Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM), terdiri dari:
-
Bibit
-
Pupuk
dan Obat-obatan
-
Transportasi
-
Biaya
Sewa dan Pengeluaran Lainnya
-
Penambahan
Barang Modal
-
Upah
Buruh Tani
g) Nilai Tukar Petani
Konsep Nilai Tukar Petani (NTP)
dikembangkan oleh Badan Pusat Statistik (sebelumnya Biro Pusat Statistik-BPS),
merupakan pengembangan dan penerapan skala makro dari konsep nilai tukar. Skala
makro yang dimaksud adalah NTP diukur dalam skala /unit nasional yang merupkan
agregasi dari NTP regional provinsi dan agregasi sub sektor.
Secara konsepsi NTP mengukur daya
tukar dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani terhadap produk yang dibeli petani untuk keperluan konsumsi dan keperluan dalam
memproduksi usaha tani.Nilai tukar petani didefinisikan sebagai rasio antara
harga yang diterima petani (HT) dengan harga yang dibayar petani (HB).
Pengukuran NTP dinyatakan daam bentuk indeks sebagai berikut:

Ket :
INTP = Indeks Nilai Tukar Petani
IT = Indeks harga yang diterima petani
IB = Indeks harga yang dibayar petani
Badan Pusat Statistik (BPS)
menyebutkan, Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Maret
2017 mengalami penurunan hingga 0,38 persen dari bulan sebelumnya, menjadi
99,95 atau di bawah "batas amannya di angka 100". NTP
memberikan gambaran perbandingan antara harga yang diterima petani dibandingkan
harga yang dibayar.Artinya, nila NTP berada di bawah 100 maka harga yang
dibayar petani untuk menghidupi keluarganya lebih tinggi dibanding harga yang
diterima.Harga yang dibayar petani termasuk konsumsi rumah tangga sehari-hari
dan biaya produksi penambahan barang modal.
Penurunan NTP ini lantaran indeks harga yang
diterima petani turun 0,39 persen lebih besar dari penurunan indeks harga yang
dibayar petani sebesar 0,01 persen. Catatan BPS, pada Maret 2017 NTP Provinsi
DKI Jakarta mengalami penurunan NTP terbesar hingga 1,37 persen dibandingkan
penurunan NTP provinsi lainnya. Sebaliknya, NTP Papua Barat mengalami kenaikan
tertinggi yang 0,58 persen dibandingkan kenaikan NTP daerah lain.
Sementara itu, di sisi lain juga terjadi
deflasi perdesaan di Indonesia sebesar 0,1 persen yang disebabkan oleh turunnya
dua dari tujuh kelompok penyusun indeks konsumsi rumah tangga. Kedua kelompok
yang mengalami penurunan adalah bahan pangan dan transportasi. Sedangkan Nilai
Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional pada Maret 2017 sebesar
108,93 atau turun 0,63 persen dibanding raihan pada bulan sebelumnya.
h) Data Nilai Tukar Petani
Jawa Timur bulan
Maret
2017
1)
Nilai
Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Maret 2017 turun 0,15 persen
·
Nilai
Tukar Petani (NTP) Jawa Timur bulan Maret 2017turun 0,15 persen dari 101,81
menjadi 101,66. Penurunan NTP ini disebabkan karena penurunan indeks harga yang
diterima petani (It) lebih besar daripada penurunan indeks harga yang dibayar
petani (Ib).
·
Pada
bulan Maret 2017,duasub sektor pertanian mengalami penurunan NTP sedangkan tiga
sub sektor lainnya mengalami kenaikan. Penurunan NTP terbesar terjadi padasub
sektor Tanaman Pangan sebesar 0,85 persen dari 97,40 menjadi 96,57, dan sub
sektor Hortikultura sebesar 0,13 persen dari 101,70 menjadi 101,57. Sedangkan
sub sektor yang mengalami kenaikan NTP yaitu sub sektor Peternakan sebesar 0,39
persen dari 108,34 menjadi 108,76, diikuti subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat
sebesar 0,23 persen dari 98,74 menjadi 98,97, dan sub sektor Perikanan sebesar
0,06 persen dari 107,50 menjadi 107,56.
·
Indeks
harga yang diterima petani turun 0,49 persen dibanding bulan Februari 2017
yaitu dari 132,26 menjadi 131,61. Penurunan indeks ini disebabkan oleh turunnya
indeks harga yang diterima petani pada empat sub sektor pertanian dan sisanya
mengalami kenaikan. Subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan terbesar
yaitu1,24 persen, diikuti sub sektor Hortikultura sebesar 0,40 persen, sub sektor Perikanan sebesar 0,29 persen dan
sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,08persen. Sedangkan sub sektor
Peternakan naik sebesar0,05 persen.
·
Sepuluh komoditas utama yang menyebabkanpenurunanindeks harga yang diterima
petanibulan Maret2017adalahgabah, cabai rawit, ikan layang, rumput laut, buah
jeruk, tebu, kapuk, ikan cakalang, ikan kembung, dan buah pisang. Sedangkan
sepuluh komoditas utama yang menghambat penurunanindeks harga yang diterima
petani adalah bawang merah, rajungan, ikan lemuru, ikan layur/beladang, buah
mangga, tembakau, nilam, petai, udang, dan ikan belanak.
·
Indeks harga yang dibayarpetani mengalami penurunansebesar 0,34persen dari
129,91pada bulan Februari2017menjadi 129,46pada bulan Maret 2017.Penurunan
indeks ini disebabkanoleh turunnyaindeks harga konsumsi rumah tangga (inflasi
pedesaan) sebesar0,53persendan naiknyaindeks harga biaya produksi dan
pembentukan barang modal (BPPBM) sebesar
0,12persen.
·
Sepuluh komoditas utama yang menyebabkan penurunan indeks harga yang
dibayar petani adalah cabai rawit, bekatul, beras, bawang putih, cabai merah,
benih gurame, tongkol, jagung pipilan, ikan cakalang, dan telur ayam ras. Sedangkan sepuluh komoditas utama yang menghambat penurunan indeks
harga yang dibayar petani bulan Maret2017adalahbiaya listrik PLN Gol I, bawang
merah, bibit ayam ras pedaging, petelur layer, benih lele, solar, upah memanen,
tomat sayur, bibit bawang merah, dan upah membersihkan kapal.
Dari lima Provinsi di Pulau Jawa yang melakukan penghitungan NTP
pada bulan Maret 2017, empat
Provinsi mengalami Penurunan NTP sedangkan satu Provinsi mengalami
kenaikan. Penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jawa Tengahsebesar
0,53persen, diikuti Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 0,45persen,
Provinsi Jawa Barat sebesar 0,16 persen, dan Provinsi Jawa Timur sebesar 0,15
persen. Provinsi Banten
mengalami kenaikan NTP sebesar 0,27 persen.
2) Nilai Tukar Petani Jawa Timur
Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan
petani di daerah perdesaan adalah indikator Nilai Tukar Petani(NTP). Nilai Tukar Petani Jawa Timur pada bulan
Maret 2017 turun 0,15 persen
dibandingkan dengan bulan Februari 2017 dari
101,81 menjadi 101,66. Hal
ini disebabkan karena indeks
harga yang diterima petani
(It) mengalami
penurunan, dan indeks harga
yang dibayar petani (Ib ) juga
mengalami penurunan. Indeks harga yang
diterima petani (It)
turun sebesar 0,49 persen
dan indeks harga yang dibayar petani
(Ib) turun sebesar 0,34
persen. Jika dibandingkan dengan bulan Maret 2016, perkembangan NTP Bulan Maret
2017(year-on-year) mengalami penurunan sebesar 2,03 persen. Sedangkan
NTP bulan Maret 2017 dibandingkan Desember 2016 (tahun kalender Maret)
mengalami penurunan sebesar 2,21 persen.
Jika
dilihat perkembangan masing-masing sub sektor pada bulan Maret 2017
terhadap bulan sebelumnya, tiga sub
sektor pertanian mengalami kenaikan NTP sedangkan dua sub sektor lainnya
mengalami penurunan. Kenaikan NTP terbesar terjadi padasub sektor Peternakan
sebesar 0,39 persen dari 108,34 menjadi 108,76, diikuti sub sektor Tanaman
Perkebunan Rakyat sebesar 0,23 persen dari 98,74 menjadi 98,97, dan sub sektor
Perikanan sebesar 0,06 persen dari 107,50 menjadi 107,56. Sedangkan sub sektor
Tanaman Pangan mengalami penurunan NTP sebesar 0,85 persen dari 97,40 menjadi
96,57 dan sub sektor Hortikultura sebesar 0,13 persen dari 101,70 menjadi 101,57.
3) Indeks Harga yang Diterima Petani
Indeks
harga yang diterima petani turun 0,49 persen dibanding bulan Februari 2017
yaitu dari 132,26 menjadi 131,61, Penurunan indeks ini disebabkan oleh turunnya
indeks harga yang diterima petani pada empat sub sektor pertanian dan sisanya
mengalami kenaikan, Subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan terbesar
yaitu1,24 persen, diikuti sub sektor Hortikultura sebesar 0,40 persen, sub sektor Perikanan sebesar 0,29 persen dan
sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,08 persen, sedangkan sub sektor
Peternakan naik sebesar 0,05 persen.

4)
Indeks Harga yang Dibayar Petani
Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan
yaitu golongan konsumsi rumah tangga dan golongan biaya produksi dan
pembentukan barang modal (BPPBM). Golongan konsumsi rumah tangga dibagi menjadi
kelompok makanan dan kelompok non makanan. Pada bulan Maret2017, indeks harga
yang dibayarpetani turunsebesar 0,34 persen dibanding bulan Februari 2017 yaitu
dari 129,91 menjadi 129,46 penurunanindeks ini disebabkan oleh turunnya indeks harga konsumsi rumah tangga
(inflasi pedesaan) sebesar 0,53 persendan naiknya indeks harga biaya produksi
dan pembentukan barang modal (BPPBM)
sebesar 0,12 persen.
Indeks harga konsumsi rumah tangga (inflasi pedesaan)
bulan Maret 2017 turun sebesar 0,53 persen dari 136,88 pada bulan Februari 2017
menjadi 136,15 sedangkan Indeks harga biaya produksi dan pembentukan barang
modal (BPPBM) bulan Maret 2017 naik sebesar 0,12 persen dari 118,65 menjadi
118,80.

5)
Perbandingan
NTP Antar Provinsi di Pulau Jawa
Dari lima Provinsi di Pulau Jawa
yang melakukan penghitungan NTP pada bulan Maret 2017,
Empat Provinsi mengalami Penurunan NTP sedangkan sisanya mengalami kenaikan.
Penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jawa Tengahsebesar 0,53 persen,
diikuti Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 0,45 persen,
Provinsi Jawa Barat sebesar 0,16 persen, dan Provinsi Jawa Timur sebesar 0,15
persen. Provinsi Banten
mengalami kenaikan NTP sebesar 0,27 persen.

Pada bulanMaret2017, NTP Provinsi
Jawa Tengahsebesar 97,50 merupakan
yang terkecil dibanding provinsi lainnya di Pulau Jawa. Sementara
NTP Provinsi Jawa Barat sebesar 102,37
merupakan yang terbesar.
3. Investasi disektor pertanian
Pertanian
merupakan sektor utama yang menyumbang hampir dari setengah perekonomian. Pertanian
juga memiliki peran nyata sebagai penghasil devisa negara melaluai ekspor. Oleh
karenan itu perlu diadadakannya pembangunan didalam sektor pertanian sehingga
dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Terjadinya kisis ekonomi yang melanda indonesia pada pertengahan
1997 menujukan bahwa sektor pertanian dapat bertahan dari sektor yang di bangga
banggakan pada tajun tersebut yaitu sektor industri, bahkan sektor pertanian mengalami
pertumbuhan sebesar 0.22% padahal perkonomian indonesia pada saat itu mengalami
pernurunan pertumbuhan sebesar 13,68%
Pertanian dapat dilihat sebagai suatu yang sangat potensial dalam
empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional
yaitu sebagai berikut :
1)
Ekspansi
dari sektor sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan output
dibidang pertanian, baik dari sisi
permintaan maupun penawaran.
2)
Sebagai
sumber bahan baku bagi keperluan produksi disektor-sektor lain seperti manufaktur
dan perdagangan.
3)
Pertanian
berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan domestik bagi produk-produk
dari sektor-sektor lainnya,
4)
Sebagai
suatu sumber modal untuk investasi disektor sektor ekonomi
lainnya dan sebagi sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).
Pangan menjadi persoalan krusial di tengah pertumbuhan kebutuhan
dan laih fungsi lahan. Salah satu yang bisa mendorong produktivitas pertanian
adalah
dengan memperkuat investasi. Sayangnya, investasi
di sektor pertanian masih belum sesuai harapan, padahal potensi pertanian
lebih besar dari pada sektor lain. Investasi
disektor pertanian tergantung pada Laju pertumbuhan output dan tingkat daya saing global komoditi pertanian.
·
Faktor
pendorong utama investasi
-
Prospek pasar
komoditas yang baik.
-
Stabilnya harga yang tinggi.
-
Tersedianya
lahan yang memadai.
-
Untuk daerah persawahan, kebutuhan dan akses air yang cukup.
-
Meningkatnya permintaan akan kebutuhan pangan.
-
Untuk investasi traktor adalah meningkatnya permintaan akan jasa pengolahan tanah
dan pendapatan yang cukup memadai.
·
Faktor
penghambat utama investasi
-
Kebutuhan modal
yang besar untuk memulai atau perluasan usaha, baik perusahaan besar maupun
petani.
-
Meningkatnya
harga input, upah tenaga kerja
serta kondisi lingkungan dan iklim yang kurang kondusif menghambat perkembangan
usaha.
-
Bagi
perusahaan besar, otonomi daerah cukup menambah beban finansial dalam bentuk
pembayaran retribusi yang terlalu besar
4. Keterkaitan pertanian dengan industri
manufaktur
Jika mau berkaca dari negara
yang telah lebih dahulu maju dibanding dengan Indonesia, pada awalnya mereka
(negara-negara maju) menitik beratkan pembangunan perekonomian mereka pada
sektor pertanian untuk kemudian dikembangkan dan beralih perlahan-lahan menjadi
sektor industri.
Perubahan ini tidak
berlangsung secara tiba-tiba melainkan dengan serangkaian proses yang panjang
dan tentunya pertanian dijadikan sebagai pondasi, baik sebagai penyedia bahan
baku maupun modal untuk membangun industri.
Berkaca pada krisis
yang telah terjadi, proses industrialisasi yang didengung-dengungkan pemerintah
kurang mendapat moment yang tepat.
Pada akhirnya
Indonesia yang direncanakan akan menjadi negara industri-dalam waktu yang tidak
lama lagi, tidak terwujud hingga saat sekarang ini.
Melihat kenyataan
itu, sudah seharusnya kita memutarbalikkan kemudi ekonomi untuk mundur
selangkah merencanakan dan kemudian melaksanakan dengan disiplin setiap proses
yang terjadi.
Yang terpenting
yaitu harus dapat dipastikan bahwa sektor pertanian mendapat prioritas dalam
proses pembangunan tersebut.
Mengingat, sampai
dengan saat ini negara-negara maju pun tidak dapat meninggalkan sektor
pertanian mereka, hingga kalau sekarang kita coba melihat sektor pertanian
sekelas negara maju, sektor pertanian mereka mendapat proteksi yang besar dari
negara dalam bentuk subsidi dan bantuan lainnya.
Ada beberapa alasan
(yang dikemukakan oleh Dr.Tulus Tambunan dalam bukunya Perekonomian Indonesia)
kenapa sektor pertanian yang kuat sangat esensial dalam proses industrialisasi
di negara Indonesia, yakni sebagai berikut :
1)
Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan terjamin
dan ini merupakan salah satu prasyarat penting agar proses industrialisasi pada
khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa berlangsung dengan baik.
Ketahanan pangan berarti tidak ada kelaparan dan ini menjamin kestabilan
sosial dan politik.
2)
Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian
yang kuat membuat tingkat pendapatan rill per kapita disektor tersebut tinggi
yang merupakan salah satu sumber permintaan terhadap barang-barang nonfood,
khususnya manufaktur. Khususnya di Indonesia, dimana sebagaina besar penduduk
berada di pedesaan dan mempunyai sumber pendapatan langsung maupun tidak
langusng dari kegitan pertanian, jelas sektor ini merupakan motor utama
penggerak industrialisasi.
3)
Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah satu
sumber input bagi sektor industri yang mana Indonesia memiliki keunggulan
komparatif.
4)
Masih dari sisi penawaran, pembangunan yang baik disektor
pertanian bisa menghasilkan surplus di sektor tersebut dan ini bisa menjadi
sumber investasi di sektor industri, khususnya industri berskala kecil di
pedesaan. Melihat hal itu, sangat penting untuk kita saling bersinergi dalam meningkatkan
produktivitas pertanian.
Pemerintah-dalam
hal ini pemangku kebijakan, membuat regulasi yang memiliki tujuan yang selaras
dengan cita-cita bersama, menganggarkan dana untuk pengembangan pertanian,
memberikan pengetahuan dengan jalan memberdayakan tenaga penyuluh pertanian
agar dapat membantu petani dengan maksimal, bank dalam hal ini penyedia dana
publik dapat lebih bersahabat dengan petani, agar keterbatasan dana dapat
teratasi dengan bantuan bank sebagai penyedia dana dengan bunga yang kecil, perguruan
tinggi sangat penting untuk mengadakan penelitian-penelitian yang masiv dan
dapat diaplikasikan langsung untuk meningkatkan produktivitas pertanian, swasta
diharapkan dapat menginvestasikan modal mereka untuk membuat pabrik-pabrik
pengolahan produk-produk pertanian kita sehingga ketika kita ingin
memasarkannya ke luar (ekspor) maka kita akan dapat menghasilkan pendapatan
lebih (karena nilai yang lebih tinggi) dan tentunya masyarakat (petani) sebagai
subjek dapat dengan benar-benar serius dalam menjalankan setiap program yang
diberikan pemerintah (dengan asums : program yang dibuat oleh pemerintah sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan oleh petani). Ketika hal ini berjalan dengan baik, maka kita
dapat meningkatkan produk-produk pertanian kita sejalan dengan peningkatan
industri manufaktur yang membutuhkan bahan baku yang kita produksi dari
para petani-petani kita. Maka dari itu, peningkatan pendapatan para petani akan
berkorelasi positif terhadap meningkatnya kesejahteraan petani dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
5. Contoh kasus
Berita ini diambil dari :
http://m.republika.co.id/berita/en/national-politics/17/03/30/onmjku414-indonesia-to-export-rice-to-malaysia dan di akses pada tanggal 10 April 2017 pukul
14.45 WIB.
Kamis , 30 March 2017, 17:53 WIB
Indonesia
to export rice to Malaysia
Red: Reiny Dwinanda
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Indonesia will export 15 to 50 thousand tons of
rice to Malaysia in an effort to meet the neighboring country's demand and
requirement for the commodity.
"Some time ago, the agriculture minister
of Malaysia had met me and expressed interest to import rice from
Indonesia," Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman noted here on
Thursday.
The minister made the statement after
delivering a speech in the framework of the 41st anniversary of the University
of Eleven March based on the theme "The Role of Agriculture and Animal
Resources in Support of National Food Security."
He remarked that Malaysia will still possibly
increase its imports of Indonesian rice from the figures mentioned earlier.
He pointed out that Indonesia is now considered
to be successful in achieving food self-sufficiency, especially after the
launch of the rice cultivation program in the border regions due to which the
country has not imported rice since last year.
Especially with regard to the exports to
Malaysia, the rice to be shipped soon is the Raja Uncak type sourced from Pontianak in West
Kalimantan, he revealed.
"The bottom line is that we have been able
to achieve self-sufficiency in rice production, and this has been known by
several countries, including by the Food and Agriculture Organization," he
stated.
In addition to exporting rice to Malaysia,
Indonesia had exported rice to Papua New Guinea, which was shipped from Papua
Province.
Sulaiman noted that the government will
continue to make efforts to maintain self-sufficiency, so that by the year
2045, it could become the world's breadbasket.
Involvement of academics and students in advancing
agriculture in the entire region is necessary to achieve this goal, the
minister remarked.
"The president had also ordered and called
on academics and students to get involved," Sulaiman pointed out.
He said the rice stock now reaches 1.9 million tons
and is sufficient to meet the public's need during the fasting month of
Ramadan.
The stocks will continue to grow, so that the
demand for rice can be met during Ramadan.
The government will continue to maintain the
stability in prices and the stocks of rice and other commodities, so that their
prices will not increase.
Terjemahan :
Kamis , 30 Maret 2017, 17:53 WIB
INDONESIA MENGEKSPOR BERAS KE MALAYSIA
REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia akan mengekspor 15-50.000 ton beras ke
Malaysia dalam upaya untuk memenuhi permintaan negara tetangga dan persyaratan
untuk komoditas.
"Beberapa waktu lalu, menteri pertanian dari Malaysia telah
bertemu saya dan menyatakan minatnya untuk mengimpor beras dari Indonesia,"
kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dicatat di Jakarta, Kamis.
Menteri membuat pernyataan setelah menyampaikan pidato dalam rangka
ulang tahun ke-41 Universitas Sebelas Maret berdasarkan tema "Peran
Pertanian dan Hewan Sumber Daya dalam Mendukung Ketahanan Pangan
Nasional."
Dia mengatakan bahwa Malaysia akan masih mungkin meningkatkan impor
beras Indonesia dari angka-angka yang disebutkan sebelumnya.
Dia menunjukkan bahwa Indonesia kini dianggap berhasil dalam
mencapai swasembada pangan, terutama setelah peluncuran program budidaya padi
di wilayah perbatasan karena yang negara tidak mengimpor beras sejak tahun
lalu.
Beras yang akan diekspor ke Malaysia adalah jenis beras
Raja Uncak yang bersumber dari Pontianak di Kalimantan Barat, ia mengungkapkan.
"Intinya adalah bahwa kita telah mampu mencapai swasembada
produksi beras, dan ini telah dikenal oleh beberapa negara, termasuk oleh
Organisasi Pangan dan Pertanian," katanya.
Selain mengekspor beras ke Malaysia, Indonesia telah mengekspor
beras ke Papua Nugini, yang dikirim dari Provinsi Papua.
Sulaiman mencatat bahwa pemerintah akan terus melakukan upaya untuk
mempertahankan swasembada, sehingga pada tahun 2045, hal itu bisa menjadi
lumbung dunia.
Keterlibatan akademisi dan mahasiswa dalam memajukan pertanian di
seluruh wilayah yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini. menteri
mengatakan.
"Presiden juga telah memerintahkan dan meminta akademisi dan
mahasiswa untuk terlibat," Sulaiman menunjukkan.
Dia mengatakan stok beras saat ini mencapai 1,9 juta ton dan cukup
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama bulan puasa Ramadan.
Saham akan terus tumbuh, sehingga permintaan beras dapat dipenuhi
selama bulan Ramadhan.
Pemerintah akan terus menjaga stabilitas harga dan stok beras dan
komoditas lainnya, sehingga harga mereka tidak akan meningkat.
Analisis Berita :
Indonesia kini telah berhasil dalam swasembada pangan melalui
programnya yaitu budidaya padi di daerah perbatasan. Peningkatan tersebut
ditandai oleh :
-
Persediaan beras yang sangat cukup bagi masyarakat Indonesia
-
Harga beras yang relativ stabil
-
Ekspor beras dengan jenis Raja Uncak ke Malaysia sebanyak 15-15000 ton
-
Ekspor beras ke wilayah Papua Nugini.
Hal tersebut telah diakui oleh para negara tetangga
termasuk Organisasi Pangan dan
pertanian. Presiden pun meminta agar para akademisi dan mahasiswa untuk ikut
terlibat dalam program tersebut agar tujuan Indonesia dalam sektor pertanian
pada tahun 2045 tercapai untuk menjadi Lumbung padi dunia.
In english :
Indonesia has now succeded in self-sufficiency through program is Rice Cultivation in the border area. The improvement is
characterized by:
-
Adequate supply of rice for Indonesia
-
The Price of rice is relatively stable
-
Indonesia to export rice type Raja Uncak to malaysia as 15 until 15000 tons
-
Indonesia to export rice to Papua Nugini
It has been in recognize the neighboring including the organization
clothing and agriculture. President was also asked to the academics and
students to join the involved in the program. So that by the
year 2045, it could become the world's breadbasket.
Referensi :
http://m.republika.co.id/berita/en/national-politics/17/03/30/onmjku414-indonesia-to-export-rice-to-malaysia di akses pada tanggal 10 April 2017 pukul
14.45 WIB.
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/04/03/onu9gd415-nilai-tukar-petani-maret-2017-kembali-turun diakses pada tanggal 17
April 2017 pukul 14.10 WIB
http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 17 April 2017 pukul 13:15 WIB
https://jatim.bps.go.id/4dm!n/brs_ind/brsInd-20170405094745.pdf diakses pada tanggal 17 April 2017 pukul 14:30 WIB
http://www.kompasiana.com/markus.simanjuntak/keterkaitan-pertanian-dengan-industri-manufaktur_550dfb65a33311a12dba7ef3 diakses pada tanggal 19 april 2017 pukul 21.34 WIB
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-153-1211816870bab%2520i.pdf&ved=0ahUKEwj629DLh7LTAhVEvY8KHRuPCVsQFghGMAU&usg=AFQjCNH3F7LsPHwDgwmXAaWyzUPfxSr78w&sig2=FIT8cPNjps3lU2bHVMNv8Q diakses pada tanggal 19 April 2017 pukul
21.07 WIB
Pse.Litbang.Pertanian.go.id/ind/pdffiles/LHP_PUH_2010.pdf
di akses pada tanggal 19 April 2017 pukul 09.00 WIB
www.Slideshare.net/Joelmabes/investasi-sektor-pertanian di akses pada tanggal 19 April 2017 pukul
10.00 WIB
Saya akan merekomendasikan siapa pun yang mencari pinjaman Bisnis ke Le_Meridian, mereka membantu saya dengan pinjaman Empat Juta USD untuk memulai bisnis Quilting saya dan itu cepat. Ketika mendapatkan pinjaman dari mereka, mengejutkan betapa mudahnya mereka bekerja. Mereka dapat membiayai hingga jumlah $ 500,000,000.00 (Lima Ratus Juta Dolar) di wilayah mana pun di dunia selama ada 1,9% ROI yang dapat dijamin pada proyek tersebut. Prosesnya cepat dan aman. Itu benar-benar pengalaman positif. Hindari penipu di sini dan hubungi Layanan Pendanaan Le_Meridian Di. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. jika Anda mencari pinjaman bisnis.
BalasHapus